Thursday, December 22, 2016

My Mom, My Everything..


Persembahan untuk ibu yang selalu menghangatkan malam yang dingin, menyejukkan siang yang panas, menjadi penerang dalam gelap, serta memberi kenyamanan di kala penat. Akan kukabarkan pada dunia, engkaulah Ibuku, inspirasiku.

My Mom, My everything..
Tidak berlebihan jika  kata-kata ini ditujukan untuk ibu, yah Ibu. Bagiku yang sudah menjadi yatim sejak SMA, Ibu adalah segalanya walaupun beliau tidak bisa menggantikan sosok Bapak-karena Bapak pun bukan sosok yang bisa tergantikan bahkan oleh Ibu atau abang-abangku-tapi Ibu tahu bagaimana caranya agar anak-anaknya tidak merasa kehilangan sosok Bapak pun melupakan sosok Pahlawan yang selama 40 tahun membersamainya.
Ibuku, bukanlah seorang dengan tingkat pendidikan yang tinggi, memang dulu beliau sempat menimba ilmu di sekolah dasar, tapi itu pun hanya sampai kelas 4 saja karena beliau keburu dilamar oleh Bapak, tapi jangan dipikir anak kelas 4 SD jaman sekarang dengan jaman dulu sama, waktu itu Ibuku uda umur sekitar 14 tahun hihi tetep  aja ya masih muda.  Even so, she becomes a good mother for her children by her long life education.
Ibuku orang ‘kuno’, tidak dipungkiri ibuku bukanlah sosok dengan intelektual tinggi, sejak lahir tinggalnya di desa dengan kesederhanaan dan kesahajaan yang ada maka sangat  wajar jika beliau merasa minder dengan kecanggihan alat-alat masa kini. Sekarang setidaknya Ibu sudah bisa mengoperasikan hape meski hal yang sederhana. Menelpon. 
Ibuku sebelum dan sesudah ditinggal Bapak memanglah seorang Ibu rumah tangga, segala kebutuhan dapur, pendidikanku dan kebutuhan yang lain sejak Bapak sakit ditopang oleh abang-abangku. Beasiswaku pun cukup mengurangi beban  mereka. Dan kesederhanaan Ibu membuat kebutuhannya tercukupi tanpa masalah. Seringkali malah tiba-tiba beliau mendapatkan uang dari salah satu pedagang es tebu-tetanggaku yang mengambil tebu di ladang kami padahal Ibuku gak bermaksud menjualnya, beliau hanya ingin berbagi isi ladangnya dengan tetangga-tetangga sekitar. Namanya juga di desa, budaya berbagi satu dengan yang lainnya masih sangat terpupuk dengan baik. Bukan berarti tangan dibawah lebih baik dari tangan di atas, tapi mereka berlomba-lomba dalam berbagi dengan saudaranya. Kata pak Ustadz   mah  taawun – tolong menolongKetika ada yang panen padi, panen ikan, panen mangga, dan panen-panen yang lain Alhamdulillah Ibu mendapat rezeki dari itu semua.
Ibuku sayaaaaaaaaaaang banget sama anak-anaknya, bentuk kasih sayang beliau pastilah berbeda-beda sesuai karakter dan  kondisi anak-anaknya. Dulu aku benciiiiii banget sama abangku yang kuliah di ITS, gimana nggak, tiap kali tau abangku ini mau pulang Ibuku beli ayam atau lele atau  macam-macam  lauk kesukaannya. Errg, boro-boro aku makan ayam, palingan tahu, tempe, telur atau  ikan dikasih tetangga  yang sering dimakan tiap hari. Lha ini, belinya macem-macem  banget, hwaaa aku dan bang ady merasaa  ini semua gak adil (korban sinetron :D) lebih lagi kalo ada temennya abangku dari Surabaya yang ikut maen ke rumah, ugh siap-siap kami berdua jadi ‘babu’ seminggu. Ahaha. Tapi baru sadar, kalo Ibu juga memperlakukanku kayak gitu ketika aku uda jauh dari beliau, tiap tau kalo aku mau pulang pasti beliau uda nyiap-nyiapin makanan kesukaanku  bakso, cumi, udang dll. Ibuku yang terbaik. Beliau ngerasa anak-anaknya yang sedang jauh darinya pasti makanannya gak kejamin walaupun di rumah juga gak seberapa mewah tapi setidaknya lebih baik daripada harus beli-beli/masak sendiri. Ya, Ibu, yang tak pernah  malu ungkapkan kasih sayang ke anak-anaknya. Lantas, haruskah kita malu melakukannya ?
Umur Ibuku sih sebenernya uda 60an ke atas (parah banget umur Ibu sendiri gak yakin), sebenernya kalo di KTP umur Ibu 57 tahun tapi kayaknya itu  gak sesuai realita, hah ? ya, Ibuku sendiri gatau umur beliau berapa, lahir tahun berapa tanggal berapa bulan apa, mbahku pun gatau. Orang dulu mah inget-inget tahun lahir anaknya dari suatu kejadian yang terjadi bersamaan, “pokoknya pas kamu lahir tu ada gerhana bulan” atau “pas lahir, anaknya mbah Jan nikah” atau juga “waktu kebo bapak kamu beranak”. Bingung kan, gerhana bulan mah sering, mbah Jan  juga gatau tahun berapa anaknya nikah, atau kebonya beranak ? helloo masak harus nanya ke kebo. Ahaha, cukuplah itu menjadi rahasia Illahi. 
Ibuku yang melow, seperti semua orangtua terlebih Ibu memiliki sikap ini kepada keluarganya. Puncak  kesedihan Ibuku adalah ketika ditinggal Bapak, walaupun Ibuku gak meratap kayak yang di sinetron-sinetron, tapi tangis Ibu yang sesaat itu masih aku ingat hingga saat ini. Aku yang ngegantiin Ibu untuk membantu Bapak yang sedang sakaratul maut untuk membaca kalimat syahadat, men-talqin, karena Ibu tak kuasa menahan tangisnya. Dibantu oleh tetangga-tetanggaku  mencoba menenangkannya, Aku bersama abang tertuaku masih membisikkan  kalimat-kalimat tauhid itu hingga Bapak menghembuskan nafasnya yang terakhir, bumi seolah berhenti, air mataku jatuh bersamaan dengan ustadz berucap Innalillahi wainna ilaihi rajiun, aku gak bisa melihat sekitar dengan jernih, karena mataku basah oleh air mata, aku melihat Ibu yang sedang berdiri lemas hampir jatuh, belum bisa percaya seketika itu. Kemudian kuraih beliau, bersama aku mengajaknya berwudhu agar tangis tidak jatuh berlebihan. Aku peluk Ibu dan  membisikkan kata-kata yang menenangkan beliau.. walaupun aku tau, hatiku pun belum tenang  dan menerima. Begitulah Ibu, sosok yang sangat mudah tersentuh apalagi oleh keluarganya, laki-laki yang hampir separuh hidupnya telah membersamainya, yang ketika sakit hampir satu tahun terakhir sebelum meninggal, beliaulah yang selalu dicari Bapak, mendampinginya. Kehilangan, pasti. Tapi beliau tahu, tahu persis bahwa kematian adalah takdir Allah, mungkin hal itu lebih baik daripada rasa sakit yang tak kunjung sembuh yang harus Bapak derita. Allahummaghfirlahu warhamhuwa`afihi wa`fuanhu. Robbighfirli waliwalidayya warhamhuma kama robbayani shaghira.
Ibuku bukanlah malaikat yang diturunkan dari langit yang terbebas salah, beliau pun bisa salah, marah, dan kecewa. Terutama padaku yang sampai sekarang masih menyusahkan beliau, belum bisa membahagiakan beliau, belum bisa mempersembahkan sesuatu yang membuat beliau bangga. Pernah suatu kali aku dan bang ady bertanya kepada Ibu, “apakah Ibu  sedih ?” beliau menjawab “kenapa harus sedih, ketika memiliki anak-anak yang sangat sayang ke ibunya”. Aku janji aku akan sayaang Ibu dan juga Bapak selalu dengan menjadi anak yang berbakti dan anak yang sholehah. Janji ini membersamai janji-janji yang telah terucap sebelumnya oleh Mba Mas’udah, Mba Masruroh, Ka Moh Noer Ichsan, Ka Moh Yusuf Alfian, dan Ka Ady Winarto. Mari berikan mahkota kemuliaan untuk mereka di dunia dan di akherat.

Teruntuk Ibu Sumarti, semoga selalu bahagia dan sehat selalu :)
You know  I Love you,  I always will,
My mind made up by the way that I feel,
There’s no begining and there’ll be no end..
Thank you for giving birth to me,
Hope you will happy living as my Mom

Vada
L O V E  M O M coz A L L A H
Mom’s day, 22 December 2016

No comments:

Post a Comment