Kaum wanita
sangat dimuliakan oleh Allah dan Rasulnya, dasarnya hadist nabi “keluarga
yang memiliki tiga anak perempuan, dididik menjadi wanita sholehah dan
dihantarkan hingga menikah, maka balasanya adalah surga, jika dua maka akan
mendapat surga, jika satu juga akan mendapatkan surga.” Maka birrul walidain
yang terbaik adalah menjadi anak sholeh/ah karena mengantarkan orang tua ke
dalam surga. Ketika menjadi seorang istri maka akan mengantarkan suami ke dalam
surga, baiti jannati rumahku surgaku. Dan ketika menjadi seorang ibu maka surga
berada di telapak kakinya. It’s mean that mother can carry her children to the
heaven. Ibu memiliki kemuliaan tiga kali lipat dibandingkan bapak. Kemuliaan
ibu yang lain adalah mengandung atau hamil, hamil adalah ibadah. Dan ketika
meninggal dalam keadaan melahirkan maka dia disetarakan dengan seorang yang
mati sahid dalam jihad fisabilillah yang mendapatkan surga.
Itulah
keutamaan seorang perempuan selain sumber yang mendatangkan surga, namun
diriwayatkan juga bahwa yang paling banyak masuk neraka adalah kaum wanita.
Pada saat Rasulullah Mi’raj, ternyata ketika rasul menoleh ke sebelah kiri
yakni ke arah neraka ternyata banyak kaum wanita yang berada di neraka. Hal ini
karena wanita banyak yang menghapuskan kebaikan-kebaikan suami, lisan seorang
wanita sangat tajam. Mengendalikan lisan sangat penting bagi seorang wanita
terutama kepada anaknya sedangkan seorang laki-laki harus menjaga lisannya
terutama kepada istrinya karena bisa menyebabkan talaq.
Siklus
menjadikan anak sholeh adalah ketika malam pertama pengantin. Manusia dibekali
dengan nafsu seperti nafsu makan maupun nafsu seks, Allah tidak menyuruh
menghilangkanmya namun Allah menyuruh untuk mengendalikan. Untuk mengendalikan
nafsu makan maka makanlah sebelum kenyang, dan ketika bulan ramadhan maka
berpuasalah. Sedangkan untuk mengendalikan nafsu seks maka menikahlah, jangan
berpacaran karena Allah berfirman “jangan mendekati zina..”, dan setelah
menikah ketika malam pertama maka rasul mengajarkan untuk membaca doa sehingga
bernilai ibadah bukan pelampiasan seks. "Ya
Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang
saleh.”.
Kesuburan seorang wanita, subur dalam fisik ketika “ditanami
benih” maka akan menghasilkan anak, sebur dalam ruhiyah yakni ketika diajak
dalam kebaikan maka akan merespon dengan baik dan cepat. Maka dari rahim
seorang ibu ini akan muncul mujahid-mujahid dakwah. Ketika telah mengalami fase
kehamilan maka doa tidak boleh terputus. Setiap suami dan istri memiliki tugas
masing-masing dalam proses pertumbuhan janin. Agar janin tumbuh dengan baik
jasmani dan rohani. Suami harus memberikan energi-energi yang positif yakni
nafkah yang halalan toyyibah. Halal adalah perilaku, sedangkan toyyib
mengandung arti kondisi fisik sehat dan bersih. Seorang suami harus menjaga
kondisi fisik serta ruhiyah istrinya dalam kondisi surgawi karena hamil adalah
kondisi yang susah payah.
Seorang ibu harus bersyukur kepada Allah dan berterima kasih
kepada suami, tidak bermanja-manja dengan dalih “ngidam” walaupun “ngidam”
adalah proses alami dari psikologis orang hamil namun bukan haruslah bisa
dikendalikan. Selain suami, istri pun harus menjaga kondisi dirinya baik fisik
dengan makanan yang toyyib, olahraga dan lain-lain serta menjaga ruhiyah agar
selalu dalam kondisi surgawi, harus mengisi hari—harinya dengan ibadah dan
kebaikan. Perilaku seorang istri berpengaruh terhadap kondisi janin. Karena
pada rahim ibulah tempat 9 bulan 10 hari janin tumbuh. Ibu menjadi madrasatun
ula = sekolah pertama sebelum janin dilahirkan.
Sikap
terhadap kelahiran anak :
1.
Seorang kafir dan orang
yang tidak bersyukur (QS. 16:58-59)
“Dan apabila seseorang dari mereka diberi
kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan
dia sangat marah, Ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan
buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya
dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah
(hidup-hidup)?. Ketahuilah, alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu.”
Ketika ada
kelahiran anak perempuan mereka marah dan tidak bersyukur, masih terpengaruh
budaya jahiliyah. Teringat kisah Umar yang menanam anaknya hidup-hidup. Begini ceritanya,
“Ketika istri Umar melahirkan Umar tidak disampingnya. Ketika istrinya tahu
bahwa anak yang lahir adalah seorang perempuan maka istrinya menyembunyikannya
sebagai seorang perempuan karena budaya jahiliyah membunuh anak perempuan.
Kemudian dia memakaikan anaknya baju laki-laki agar umar dan semua orang
Qurays tidak mengetahuinya. Hingga suatu hari setelah anaknya agak besar, Umar
mengajak anaknya untuk berlatih menunggang kuda, ketika anaknya ingin kencing
Umar tahu bahwa anaknya adalah seorang perempuan. Tanpa banyak bicara Umar
kemudian menggali tanah untuk mengubur anaknya. Ketika melihat ayahnya
kesusahan menggali tanah, sang anak mengelap keringat umar. Setelah
cukup dalam, akhirnya Umar menguburnya hidup-hidup. Hingga akhir hayatnya
Umar selalu mengingat kejadian tersebut. Ketika Umar terdiam, Umar menangis
kemudian tersenyum. Sahabat bertanya kenapa umar tiba-tiba menangis dan
kemudian tersenyum. Umar berkata “aku menangis karena teringat anakku yang
tidak berdosa yang aku kubur hidup-hidup. Kemudian aku tersenyum karena aku
bersyukur aku mendapatkan hidayah dari Allah sehingga aku bisa bertobat atas
kesalahanku.”
Budaya
jahiliyyah ini hingga sekarang masih melekat dalam masyarakat. Walaupun tidak
dengan mengubur anak perempuan hidup-hidup namun mereka merasa ketika memiliki
anak perempuan adalah aib karena menganggap anak perempuan sebagai beban dan
tidak tidak potensial di masyarakat.
2.
Sikap seorang muslim yang beriman (QS. 42:49-50)
“Kepunyaan Allah-lah
kerajaan langit dan bumi, Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki. Dia
memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan
anak-anak lelaki kepada siapa yang Dia kehendaki, atau Dia menganugerahkan
kedua jenis laki-laki dan perempuan (kepada siapa) yang dikehendaki-Nya, dan
Dia menjadikan mandul siapa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha
Mengetahui lagi Maha Kuasa.”
Seorang
muslim yang beriman akan mengambil pelajaran dari ayat ini. Dalam islam memohon
jenis kelamin anak diperbolehkan, namun ketika lahir jika tidak sesuai dengan
doanya maka sebagai seorang yang beriman harus bersyukur. Pun ketika Allah
menakdirkan belum atau tidak memiliki anak. Jika seperti itu maka harus mencari
tahu penyebabnya, harus periksa kepada ahlinya sehingga tidak menikmbulkan fitnah
antara suami dan istri dan selalu bersabar dengan berdoa dan terus berusaha.
Hal yang perlu dicaritau penyebabnya bisa dari medis, kemungkinan
medisnya :
a.
Sperma dari suami jumlahnya dikit
b.
Kualitas spermanya tidak bagus
c.
Ada kista dalam rahim istri
d.
Dan lain-lain.
Kiat
mendidik anak bisa menjadi anak yang sholeh/ah :
a.
Kefahaman terhadap dinul islam dari orang tua. Kefahaman ini akan
mengarahkan anak dalam mendidik.
b.
Orangtua harus ikhlas melaksanakan tanggung jawab masing-masing
sebagai orang tua (3.3 bekerjasama). Allah memerintahkan umat muslim à perintahkan
keluargamu dalam menegakkan sholat, dan bersabarlah dalam mengajak mereka.
Belajar sholat dilakukan dari umur 7-9, hingga umur 9 anak ketika tidak sholat
harus dipukul namun yang tidak meyakitkan. Alangkah baiknya jika sejak kecil
sudah dibisakan sholat.
c.
Orangtua men-tarbiyah dan menjadi teladan kepada anak. Ibu adalah
madrasatun ula sejak dalam lahir. Seperti yang dikisahkan dalam Al Quran,
seperti Nabi Ibrahim kepada Nabi Ismail, Nabi Yakub kepada Nabi Yusuf, dan
Kisah Luqman atas nasehatnya kepada anaknya dalam surat Luqman “wahai anakku
jangan berbuat syirik..”
d.
Senantiasa mendoakan anaknya agar Allah menjadikan anaknya yang
sholeh/ah. Suami sholeh (QS. 25:74) à Dan
orang orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami
isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan
jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.
anak sholeh
(QS. 37:100) à Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku
(seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh.
Anak sholeh
(QS. 14:40-41) à Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku
orang-orang yang tetap mendirikan shalat, ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku.
Ya Tuhan kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapaku dan sekalian orang-orang
mukmin pada hari terjadinya hisab (hari kiamat)".
No comments:
Post a Comment