Saturday, March 15, 2014

Muslimah Mu’minah sebagai Seorang Ibu (Kiat mendidik anak yang sholeh/ah)


Kaum wanita sangat dimuliakan oleh Allah dan Rasulnya, dasarnya  hadist nabi “keluarga yang memiliki tiga anak perempuan, dididik menjadi wanita sholehah dan dihantarkan hingga menikah, maka balasanya adalah surga, jika dua maka akan mendapat surga, jika satu juga akan mendapatkan surga.” Maka birrul walidain yang terbaik adalah menjadi anak sholeh/ah karena mengantarkan orang tua ke dalam surga. Ketika menjadi seorang istri maka akan mengantarkan suami ke dalam surga, baiti jannati rumahku surgaku. Dan ketika menjadi seorang ibu maka surga berada di telapak kakinya. It’s mean that mother can carry her children to the heaven. Ibu memiliki kemuliaan tiga kali lipat dibandingkan bapak. Kemuliaan ibu yang lain adalah mengandung atau hamil, hamil adalah ibadah. Dan ketika meninggal dalam keadaan melahirkan maka dia disetarakan dengan seorang yang mati sahid dalam jihad fisabilillah yang mendapatkan surga.

Itulah keutamaan seorang perempuan selain sumber yang mendatangkan surga, namun diriwayatkan juga bahwa yang paling banyak masuk neraka adalah kaum wanita. Pada saat Rasulullah Mi’raj, ternyata ketika rasul menoleh ke sebelah kiri yakni ke arah neraka ternyata banyak kaum wanita yang berada di neraka. Hal ini karena wanita banyak yang menghapuskan kebaikan-kebaikan suami, lisan seorang wanita sangat tajam. Mengendalikan lisan sangat penting bagi seorang wanita terutama kepada anaknya sedangkan seorang laki-laki harus menjaga lisannya terutama kepada istrinya karena bisa menyebabkan talaq.
Siklus  menjadikan anak sholeh adalah ketika malam pertama pengantin. Manusia dibekali dengan nafsu seperti nafsu makan maupun nafsu seks, Allah tidak menyuruh menghilangkanmya namun Allah menyuruh untuk mengendalikan. Untuk mengendalikan nafsu makan maka makanlah sebelum kenyang, dan ketika bulan ramadhan maka berpuasalah. Sedangkan untuk mengendalikan nafsu seks maka menikahlah, jangan berpacaran karena Allah berfirman “jangan mendekati zina..”, dan setelah menikah ketika malam pertama maka rasul mengajarkan untuk membaca doa sehingga bernilai ibadah bukan pelampiasan seks.  "Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh.”.
Kesuburan seorang wanita, subur dalam fisik ketika “ditanami benih” maka akan menghasilkan anak, sebur dalam ruhiyah yakni ketika diajak dalam kebaikan maka akan merespon dengan baik dan cepat. Maka dari rahim seorang ibu ini akan muncul mujahid-mujahid dakwah. Ketika telah mengalami fase kehamilan maka doa tidak boleh terputus. Setiap suami dan istri memiliki tugas masing-masing dalam proses pertumbuhan janin. Agar janin tumbuh dengan baik jasmani dan rohani. Suami harus memberikan energi-energi yang positif yakni nafkah yang halalan toyyibah. Halal adalah perilaku, sedangkan toyyib mengandung arti kondisi fisik sehat dan bersih. Seorang suami harus menjaga kondisi fisik serta ruhiyah istrinya dalam kondisi surgawi karena hamil adalah kondisi yang susah payah.
Seorang ibu harus bersyukur kepada Allah dan berterima kasih kepada suami, tidak bermanja-manja dengan dalih “ngidam” walaupun “ngidam” adalah proses alami dari psikologis orang hamil namun bukan haruslah bisa dikendalikan. Selain suami, istri pun harus menjaga kondisi dirinya baik fisik dengan makanan yang toyyib, olahraga dan lain-lain serta menjaga ruhiyah agar selalu dalam kondisi surgawi, harus mengisi hari—harinya dengan ibadah dan kebaikan. Perilaku seorang istri berpengaruh terhadap kondisi janin. Karena pada rahim ibulah tempat 9 bulan 10 hari janin tumbuh. Ibu menjadi madrasatun ula = sekolah pertama sebelum janin dilahirkan.

Sikap terhadap kelahiran anak :
1.         Seorang kafir dan orang yang tidak bersyukur (QS. 16:58-59)
Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat marah, Ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)?. Ketahuilah, alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu.
Ketika ada kelahiran anak perempuan mereka marah dan tidak bersyukur, masih terpengaruh budaya jahiliyah. Teringat kisah Umar yang menanam anaknya hidup-hidup. Begini ceritanya, “Ketika istri Umar melahirkan Umar tidak disampingnya. Ketika istrinya tahu bahwa anak yang lahir adalah seorang perempuan maka istrinya menyembunyikannya sebagai seorang perempuan karena budaya jahiliyah membunuh anak perempuan. Kemudian dia memakaikan anaknya baju laki-laki  agar umar dan semua orang Qurays tidak mengetahuinya. Hingga suatu hari setelah anaknya agak besar, Umar mengajak anaknya untuk berlatih menunggang kuda, ketika anaknya ingin kencing Umar tahu bahwa anaknya adalah seorang perempuan. Tanpa banyak bicara Umar kemudian menggali tanah untuk mengubur anaknya. Ketika melihat ayahnya kesusahan menggali  tanah, sang anak mengelap keringat umar.  Setelah cukup  dalam, akhirnya Umar menguburnya hidup-hidup. Hingga akhir hayatnya Umar selalu mengingat kejadian tersebut. Ketika Umar terdiam, Umar menangis kemudian tersenyum. Sahabat bertanya kenapa umar tiba-tiba menangis dan kemudian tersenyum. Umar berkata “aku menangis karena teringat anakku yang tidak berdosa yang aku kubur hidup-hidup. Kemudian aku tersenyum karena aku bersyukur aku mendapatkan hidayah dari Allah sehingga aku bisa bertobat atas kesalahanku.”
Budaya jahiliyyah ini hingga sekarang masih melekat dalam masyarakat. Walaupun tidak dengan mengubur anak perempuan hidup-hidup namun mereka merasa ketika memiliki anak perempuan adalah aib karena menganggap anak perempuan sebagai beban dan tidak tidak potensial di masyarakat.

2.  Sikap seorang muslim yang beriman (QS. 42:49-50)
Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki. Dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan anak-anak lelaki kepada siapa yang Dia kehendaki, atau Dia menganugerahkan kedua jenis laki-laki dan perempuan (kepada siapa) yang dikehendaki-Nya, dan Dia menjadikan mandul siapa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.
Seorang muslim yang beriman akan mengambil pelajaran dari ayat ini. Dalam islam memohon jenis kelamin anak diperbolehkan, namun ketika lahir jika tidak sesuai dengan doanya maka sebagai seorang yang beriman harus bersyukur. Pun ketika Allah menakdirkan belum atau tidak memiliki anak. Jika seperti itu maka harus mencari tahu penyebabnya, harus periksa kepada ahlinya sehingga tidak menikmbulkan fitnah antara suami dan istri dan selalu bersabar dengan berdoa dan terus berusaha. Hal  yang perlu dicaritau penyebabnya bisa dari medis, kemungkinan medisnya :
a.      Sperma dari suami jumlahnya dikit
b.      Kualitas spermanya tidak bagus
c.       Ada kista dalam rahim istri
d.      Dan lain-lain.
Kiat mendidik anak bisa menjadi anak yang sholeh/ah :
a.        Kefahaman terhadap dinul islam dari orang tua. Kefahaman ini akan mengarahkan anak dalam mendidik.
b.        Orangtua harus ikhlas melaksanakan tanggung jawab masing-masing sebagai orang tua (3.3 bekerjasama). Allah memerintahkan umat muslim à perintahkan keluargamu dalam menegakkan sholat, dan bersabarlah dalam mengajak mereka. Belajar sholat dilakukan dari umur 7-9, hingga umur 9 anak ketika tidak sholat harus dipukul namun yang tidak meyakitkan. Alangkah baiknya jika sejak kecil sudah dibisakan sholat.
c.        Orangtua men-tarbiyah dan menjadi teladan kepada anak. Ibu adalah madrasatun ula sejak dalam lahir. Seperti yang dikisahkan dalam Al Quran, seperti Nabi Ibrahim kepada Nabi Ismail, Nabi Yakub kepada Nabi Yusuf, dan Kisah Luqman atas nasehatnya kepada anaknya dalam surat Luqman “wahai anakku jangan berbuat syirik..”
d.        Senantiasa mendoakan anaknya agar Allah menjadikan anaknya yang sholeh/ah. Suami sholeh (QS. 25:74) à Dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.
anak sholeh  (QS. 37:100) à Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh.
Anak sholeh (QS. 14:40-41) à Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku. Ya Tuhan kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapaku dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab (hari kiamat)".


No comments:

Post a Comment