Friday, May 4, 2012

Tips selamat dunia dan akherat dari sayyidina Ali Bin Abi Thalib

Jumat, 4 Mei 2012
Seperti biasa selepas kuliah Matematika Keuangan pukul 10.30 WIB (Waktu Indonesia Bogor), kami berlima (Ale, Tria, Marin, en Sri) teman-teman se-liqo-anku (mentoring) bergegas menuju POMI. Bagi yang sudah membaa postinganku sebelumnya pasti sudah tidak asing dengan kata liqo' atau mentoring dan POMI. hehe. oke balik ke cerita. Berhubung di antara kami ada yang belum makan, kami sempatkan mampir dulu ke kantin Sapta untuk mengisi perut. Ini sangat penting mengingat medan yang akan kami lalui sangat berat (lebaii dah). Iya lu teh, kami tuh liqo'nya di lantai tertinggi di POMI, lantai 4. Bayangkan lantai 4, bikin nafas naik turun dah kalo udah naik anak tangga-anak tangga itu. Untuk itu energi harus dipersiapkan secara maksimal. Hehe. Oke, makan sudah selesai. Langsung capcus ke Pomi. Nyampek lantai terakhir, eh ternyata Mbak Niswah (Murobbi kita tercinta) sudah stay duluan di sana. Tanpa dikomando lagi, kami membentuk lingkaran kecil secara teratur seperti biasanya. Singkat cerita setelah saling lempar-melempar tugas menjadi MC, akhirnya terpilihlah Marin sebagai guide dari liqo' kali ini. Dibuka dengan Basmallah, dilanjutkan dengan tilawah bergilir dari setiap personel. Sampailah ke sesi tausiyah. Berhubung gak ada yang punya bahan tausiyah, kami pun sepakat salah satu diantara kita membacakan quote untuk hari ini. Tria pun yang sedari tadi menenteng buku barunya (tujuannya tak lain tak bukan untuk bikin vada iri, hehehe) pun membacakan quote yang ada di buku itu.

Wahai anakku! dunia ini bagaikan samudera tempat banyak ciptaan-ciptaaNya yg tenggelam. Maka jelajahilah dunia ini dengan menyebut nama Allah. Jadikan ketakutanmu pada Allah sebagai kapal-kapal yang menyelamatkanmu. kembangkanlah keimanan sebagai layarmu, logika sebagai pendayung kapalmu, ilmu pengetahuan sebagai nakhoda perjalannanmu dan sabar sebagai jangkar dalam setiap badai dan cobaan (Ali bin Abi thalib ra)” dalam buku 99 Cahaya di Langit Eropa: Perjalanan Menapak Jejak Islam di Eropa, Hanum Salsabiela Rais.

 Beberapa buah kalimat di atas mengadung arti yang sangat dalam. Alhasil sesi tausiyah ini kami gunakan untuk mengupas makna yang terkandung setiap kalimat-kalimat ini.
Setelah setiap personel memberikan pendapat yang tersirat dalam riwayat tersebut, didapatkan kesimpulan, bahwa Dunia yang fana ini dimana manusia diciptakan berisikan banyak ciptaan Allah yang masih harus digali dan dikaji. Dunia ini berisikan karunia Allah yang harus terus dicari. Dalam mencari, menggali dan mengkaji karunia Allah tersebut maka kita harus mengikutsertakan Allah di dalamnya. Gimana tidak harus, lha wong kita mau mencari (mengambil) karunia milik Allah maka kita harus meminta izin dari sang pemiliknya kan. Untuk itu, sertakan Allah dalam setiap urusan kita InsyaAllah, jika Allah mengizinkan maka akan dengan mudah kita bisa menemukan karunia tersebut. Kemudian yang kedua, jadikan ketakutan kita sebagai tameng kita dalam proses pencarian ini. Ketakutan kita kepada sang pemilik langit dan bumi ini akan menghindarkan kita melakukan hal-hal yag dimurkai atau dibenci oleh-Nya. Karena semua hal yang tidak Allah sukai adalah sesuatu yang akan medatangkan mudharat bagi kita. Dan jika kita menghindarinya dengan ketakutan kita kepada Allah, InsyaAllah Allah akan melindungi kita dan menyelamatkan kita sampa tujuan yakni surga.
Yang ketiga, kembangkanlah keimanan sebagai layarmu. Layar adalah penentu arah dari sebuah kapal jika nahkoda kapal mengembangkan layar pada arah yang benar maka akan sampailah kapal ke tujuan, namun jika tidak benar maka kapal akan tersesat karena tujuannya yang salah. Begitu pula dengan kehidupan dunia. Kita harus yakin bahwa tujuan kita hanyalah Allah, maka gunakan keimanan kita sebagai layar dalam mengharap ridho Allah. Dengan keimanan kita maka kita akan melalui jalan yang benar, jalan yang diridhoi Allah yakni jalan yang lurus (Shiratal Mustaqim), selain keimanan kita juga harus memiliki logika dan ilmu pengetahuan. Karena dengan kita mendayung kapal dengan teknik yang benar serta nahkoda mengetahui rute yang paling efektif maka kapal akan cepat sampai tujuan dan dengan energi yang efisien. Untuk itu selain keimanan, logika dan ilmu pengetahuan sangatlah penting. Karena tak sedikit dari langkah/arah yang kita pilih adalah yang menyesatkan. Namun jangan khawatir, Allah telah membekali kita dengan hati, jasad/fisik, dan pikiran, maka gunakanlah sebaik-baiknya. Sehingga ketika keimanan kepada Rabb telah ada di dalam hati, ucapan, dan perbuatan, maka logika dan ilmu pengetahuan itu akan menjadi pembeda akan sesuatu yang baik dan buruk, halal dan yang haram. Seperti sabda Rasulullah “Jika ingin selamat di dunia maka haruslah menguasai ilmu pengetahuan. Jika ingin selamat di akhirat maka haruslah dengan ilmu pengetahuan. Dan jika anda ingin selamat dunia dan akhirat maka haruslah dengan ilmu pengetahuan“. Dan yang terakhir sabar sebagai jangkar dalam setiap badai dan cobaan. Tidak dapat dipungkiri dalam perjalanan kita ini akan banyak rintangan yang menghadang (kayak puisi ya :D). Setelah usaha telah kita lakukan semaksimal mungkin, kita sudah mengikut sertakan Allah dalam segala urusan kita, kita telah menghindari hal-hal yang tidak disukai Allah, keimanan sudah menjadi pondasi hidup kita serta logika dan ilmu pengetahuan telah kita jadikan prinsip dalam mengambil langkah, namun Allah berkata lain. Laut yang kita lalui ternyata berbadai besar, yang menyebabkan kapal kita terombang-ambing, maka jangkarlah sebagai penahannya. Begitu pula dengan kehidupan ini, jika cobaan telah datang kita harus terus survive dalam menghadapi cobaan ini dan jadikan kesabaran kita sebagai penahan agar kita tidak terpuruk dan merasa jauh dari rahmat Allah. Ingat, Pelaut ulung tidak akan lahir di laut yang tenang begitu juga dengan kita, kita tidak jadi mukmin yang tangguh sebelum bisa survive menghadapi obaan yang Allah berikan. Oke, berikut tadi tips dari khalifah Ali Bin Abi Thalib kepada anaknya supaya bisa sukses menjelajahi dunia dan selamat sampai akherat.

Setelah sesi tausiyah, liqo' kami lanjutkan dengan pemberian materi dari Mbak Niswah mengenai tafsir Annas dan Al Falaq. Setelah itu dilanjutkan dengan penutupan dengan bacaan hamdalah, istighfar, dan doa penutup majelis.

No comments:

Post a Comment