Monday, March 14, 2011

KISAH SEDIH DI HARI MINGGU : Tsunami di Asrama

Hidup di asrama memang tak selamanya indah. Terkadang ada saja hal yang membuat kita tidak betah tinggal di asrama. Mungkin dikarenakan kangen orang yang disayang, faktor teman asrama atau pun karena faktor dari fasilitas yang bisa dikatakan kurang. Berikut ini mungkin salah satu cerita pahit semasa di asrama. Bukan bermaksud karena aku ingin menjelek-jelekkan asramaku ini, namun ingin sedikit share mengenai kedukaan yang sempat melandaku.. hehe

Check it out

Hampir seminggu ini sudah beberapa kali kamar mandi di lorongku mampet, kalau pagi-pagi sudah
banyak yang mandi, sekitar jam setengah 8, air dari 'pipa pengeluaran' meluber menggenangi semua kamar mandi yang ada di lorong dua. Sempat bikin anak-anak lorong dua yang mau mandi marah-marah karena masih belum ada penanganan dari pihak BPA (Badan Pengelola Asrama) sehingga kami harus mengungsi ke kamar mandi di lorong lain yang pastinya bikin antrian yang panjang. Pengungsian ini sudah berjalan sekitar dua hari.

Hari Minggu (13/3) pagi, kamar 22-26 dihebohkan dengan kedatangan air luapan kamar mandi yang sudah tidak bisa menampung air dari kamar mandi-kamar mandi satu blok di atas karena pipa yang mampet. Akhirnya minggu pagi ada kerja bakti menguras air (seperti mendayung, karena kami menguras air dari lorong ke selokan samping asrama dengan menggunakan pengki-disebabkan keterbatasan alat dan volunteer) yang menggenangi lorong serta kamar teman-teman. Sekitar 2 jam pengurasan, akhirnya selesai juga. Walaupun masih meninggalkan air yang menyebabkan lantai licin but for a while, kami bisa bernafas lega. Tapi kami dikejutkan lagi dengan kedatangan air yang melimpah ruah hingga tidak hanya masuk ke kamar 22-26 (deket kamar mandi) tapi juga kamar 21-18 (deket dengan lobi). Mulai dari jam 4 sore hingga jam 8 malam air baru bisa dikeluarkan dari lorong dan kamar. Banyak dari kami yang sangat kecewa karena hingga detik itu tidak ada bantuan pun atau tindakan apapun dari BPA, mereka beralasan para satpam tidak bisa dan menunggu bapak yang biasa benerin kamar mandi mampet, datang. Mungkin ini area cewek, makanya pada segen kali bantu-bantu. Dan masalahnya karena area cewek itulah maka yang bisa dilakukan semuanya jadi serba imut (baca: sederhana). Selain karena emotional feeling yang dipakai juga karena hanya itu yang bisa dilakukan dengan alat yang sangat terbatas (pengki dan lap ban). Tidak mungkin juga kan kalau kita harus menjebol pipa atau apalah itu yang biasa dilakukan oleh laki-laki pada malam-malam gitu sehingga di sini kami membutuhkan tenaga laki-laki. Karena bantuan dari BPA pun tidak kunjung datang sedangkan badan ini sudah capek menguras air serta berbagai macam cara pun sudah kami lakukan (menyegel beberapa kamar mandi biar tidak membanjiri penampung air hingga meluap melalui kamar mandi lorong dua), akhirnya kami pun frustasi. Kami sepakat membiarkan lorong kami terbanjiri air kamar mandi ini yang sudah agak mendingan pergerakan airnya (tidak sederes waktu sore tadi). Kami pun membereskan peralatan dan pergi ke kamar masing-masing. Kamar 25 dan 26 sampai ngungsi di kosan temennya. Dan temen-temen yang kamarnya tadi tergenangi air mulai mengepel kamarnya yang sudah agak surut airnya (habis dikuras).

Kami memang tidak berpikir malam itu (Minggu) adalah klimaks luapan air kamar mandi, kami yakin bahwa keesokan harinya akan terjadi hal yang sama ketika teman-teman asrama pada mandi. Namun kami tak berpikir akan separah ini. seperti halnya sore kemarin banjir, keesokan paginya (Senin 14/3) banjir luapan air kamar mandi malah sudah melewati depan kamar 18 dan 19 dan akan menuju kamar 16 (kamarku) dan kamar 17 (depan kamarku). Dari pagi kami sudah bahu membahu membuang air (lagi). Terhitung sudah tiga kali kami menguras air. Segala macam pikiran negatif seperti, air yang mengandung kotoran, air pipis, dll kami hilangkan, yang ada hanya mempercepat gerakan menguras karena kami kebanyakan kuliah jam 8 mana belum mandi dan harus antri ke kamar mandi di lorong lain. Dan lagi-lagi hingga kami selesai mengeringkan lantai (masih agak lembab ding) tidak ada bantuan dari BPA (boleh saja BPA libur sabtu-minggu, tapi kalau sudah genting kayak gini masak iya gk dibantu-bantu). Baru sekitar jam setengah 8 pagi, datang bapak yang biasa benerin kamar mandi mampet. HANYA 1 JAM beliau sudah bisa menyurutkan air tersebut, tapi kenapa baru datang? HANYA 1 JAM yang diperlukan untuk benerin itu pipa, kenapa gk waktu pagi kemarin atau sore itu ketika kamar temen-temen sudah kemasukan air? Apa mereka nunggu kita gatal-gatal atau ngaduh ke orang tua kita dulu? Atau ini yang namanya birokrasi, bikin semua mubadzir dulu baru dilayani. Ada salah satu teman yang nyeletuk "tsunami gak hanya bisa terjadi di tempat yang deket laut ya, di lorong juga bisa ternyata" ada juga yang nyeletuk saking berangnya, begini katanya ''kita di sini tu buat belajar bukan buat nguras air kayak gini". Begitulah celetuk teman-teman di tengah keriweuhan.
Semoga hal seperti tidak terulang lagi, toh ini juga bukan sepenuhnya kesalahan lorong dua. Lorong dua sudah memberlakukan piket lorong, bersihin kamar mandi (kalau GBBA). Di sini diperlukan kerjasama yang cepat antara kami juga pihak BPA. Karena hal ini sangat meresahkan bagi kami yang merasakan.

Gb. Ilustrasi bentuk lorong dua

1 comment: